SIANG itu, Selasa, 5 Juni 2018, langit Islamabad, Pakistan, masih seperti kemarin-kemarin. Meski di laman perkiraan cuaca, Islamabad katanya akan diguyur hujan, sepertinya tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.
Ramadhan 1439 H kali ini, masyarakat Pakistan harus berpuasa di bawah suhu rata-rata 39-44 derajat celsius.
Hal itu lumrah, karena bulan Ramadhan kali ini jatuh pada musim panas (summer). Selain tantangan suhu, durasi puasa yang sampai 16 jam lebih menjadi dinamika baru bagi aku yang baru sekitar 5 bulan berada di negara ini.
Sekitar pukul 15.30 PKT (waktu Pakistan), udara yang sejak siang menyengat panas, tiba-tiba redup seketika. Terdengar gemericik hujan disertai sorak beberapa orang dari luar asramaku.
Aku yang dari tadi lebih asyik membaca sebuah buku yang aku rencanakan selesai malam ini, sedikit dikagetkan dengan tempias hujan yang masuk melalui jendela kamar.
“Woy, Adin!” teriak seseorang dari luar jendela. Bertepatan kamarku terletak di lantai 2 Kuwait Hostel, Old Campus International Islamic University of Islamabad (IIUI).
“Ayo kita main hujan, jarang-jarang ini hujan, hujan es pula,” kata salah seorang teman dari Indonesia, Topan Amirullah, saat kepalaku keluar dari jendela. Saat hujan datang, Islamabad memang sering disertai dengan es yang menambah rasa dingin airnya.
Tanpa pikir panjang, kutinggalkan buku yang masih sekitar 50 halaman belum terbaca itu. Sudah lama pula aku tidak menghabiskan waktu bernostalgia dengan masa kecil dulu; main hujan.
Sampai di lapangan Hostel, ternyata sudah banyak orang tampak asyik menikmati hujan yang baru pertama kali turun di bulan Ramadhan ini. Baik kami mahasiswa asal Indonesia, China, ataupun bhaijan-bhaijan (sebutan untuk orang dewasa di Pakistan, semacam “Abang”). Mereka seperti baru pertama kali bertemu hujan di kemarau panjang.
“Ayo kita main (sepak)bola, sembari menunggu waktu berbuka, ngabuburit kita,” kata Adnin Zahir, yang juga Ketua Umum Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Pakistan.
Meski penuh dengan kubangan air, kami begitu nikmat mensyukuri salah satu rahmat yang Allah turunkan di bulan Ramadhan kali ini.
Tanpa kita sadari, ada banyak nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya baik yang kita sadari atau tidak. Tapi sedikit dari manusia yang bersyukur dan saling meningkatkan kualitas keimanannya. Allahumma Shoyyiban Naafi’an!* hidayatullahkendari.id